Gelang Tridatu terbuat dari tiga benang berwarna merah, hitam dan putih yang melambangkan tiga dewa: Brahma, Wisnu dan Siwa. Ada, Jaga dan Tiada | Kelahiran, Kehidupan dan Kematian Penciptaan, Pemeliharaan dan Pemusnahan merupakan siklus yang terus berkelanjutan dan mengingatkan kita selalu kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan yang Maha Esa. |
>>> Sejarah <<< Dikisahkan pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong (abad ke 14-15) di Gelgel, Patih Jelantik diutus untuk menundukkan Dalem Bungkut. Dalem Bungkut setuju untuk menyerahkan kekuasaannya dengan syarat bahwa masyarakat Bali harus selalu taat dan bhakti kepada Hyang Widhi dan leluhur, ditandai pemakaian Gelang Tridatu. (*dari berbagai sumber) |
Koran Bali Post 14 Jul 2015: Pembeli membludak
Bukti makna Gelang Tridatu semakin dihayati
Masyarakat Hindu Bali sudah biasa memakai benang tridatu sebagai gelang. Sebagai aksesoris ia kelihatan unik, namun lebih jauh dari itu benang ini memiliki nilai filosofis yang mendalam dan bahkan banyak meyakini kekuatan magisnya.
Tri artinya tiga dan datu berarti elemen atau warna. Jadi tridatu adalah tiga warna terdiri dari merah, hitam dan putih sebagai lambang Brahma, Wisnu dan Iswara (Siwa). Tiga warna ini biasanya digoreskan pada tiang-tiang bangunan rumah, pura dan sebagainya pada saat upacara pemlaspas bertujuan menyucikan dan peresmian bangunan. Maksudnya untuk menjaga penghuni supaya memperoleh kerahayuan dan segala bhutakala yang hendak mengganggu diredam. Kutipan sebuah buku mengatakan,"Bila ngurip maupun melindungi bangunan baru atau bangunan suci dari vibrasi negatif, maka warna sakral dioleskan di bangunan, sedangkan pada manusia digunakan gelang benang tridatu."
Benang diikatkan pada lengan, maksudnya, mengikat atau melindungi urip atau hidup seseorang karena benang tiga warna ini bermakna kemanunggalan Brahma, Wisnu dan Iswara, juga bermakna manunggalnya bayu, sabda dan idep, yang artinya jangkep-nya sang mahurip. Dari sisi kekuatan, ketiga warna ini mewakili aksara Ang, Ung, Mang yang manunggal menjadi aksara Om.
Gelang tridatu juga dikisahkan dalam sejarah masa pemerintahan Dalem Waturenggong (abad ke 14-15) di Gelgel, dimana Patih Jelantik diutus untuk menundukkan Dalem Bungkut. Dalem Bungkut setuju untuk menyerahkan kekuasaannya dengan syarat bahwa masyarakat Bali harus selalu taat dan bhakti kepada Hyang Widhi dan leluhur, ditandai pemakaian gelang tridatu.
"Gelang tridatu sakral motif sisik naga yang paling diminati," pengakuan pengrajin gelang tridatu di areal PKB di art centre. Gelang tridatu yang dijual di PKB ada yang sebagai aksesoris dengan ujung-ujung berhias perak atau logam lain, namun masih saja gelang tridatu sakral yang paling laris terjual, terutama motif tridatu sisik naga yang ujung-ujung gelangnya diikat biasa. Diantara semua motif, motif tridatu sisik naga paling mahal yaitu Rp 80 ribu hingga bahkan naik mencapai Rp 300 ribu saat menjelang hari raya, purnama, tilem atau kajeng kliwon, sedangkan gelang tridatu aksesoris biasanya mulai dari harga Rp 15 ribu.
"PKB merupakan berkah bagi kami setiap tahun," ujar Ketut salah satu pengrajin gelang tridatu,"Namun kami juga harus siap melayani pembeli sepanjang tahun maka kami siapkan penjualan online." Meski PKB sudah tutup, para pengrajin gelang tridatu tidak putus semangat dan siap beralih ke toko online demi melayani peminat kerajinan gelang tridatu lewat www.tridatu.weebly.com atau langsung telpon 0361-943926. Pesanan membludak karena semakin fahamnya umat Hindu yang bisa merasakan pemakaian gelang tridatu membawa vibrasi baik bagi pikiran pemakai benang tersebut. Sering dilihat tridatu digunakan sebagai tetebus saat upacara Manusa Yadnya serta pada upcara abhayakala (biakawon) pada hari raya Galungan. Benang dililit di tangan, kaki dan telinga sebagai simbol menenangkan pikiran.
Dikejar tentang asal usul motif sisik naga, salah satu pengrajin akhirnya berani buka rahasia, "Gelang tridatu sisik naga ini kami kenal pertama dari Dauh Pala Tabanan namun pengrajin nya sudah juga tersebar di Gianyar, Sanur dan Badung," ungkap pengrajin yang mengaku bahwa menjelang Galungan dan Kuningan ini daftar pesanan tridatu sisik naga sudah "inden" puluhan order. "Banyak pembeli yang bilang gelang nya akan dipasupati saat hari baik nanti."
Berapa lamakah tuah gelang tridatu ini bekerja? Menurut banyak tokoh, power nya akan terus bekerja selama benang ini masih melekat di badan dan fungsinya akan selesai bilamana benang itu lepas secara alamiah. ***
Bukti makna Gelang Tridatu semakin dihayati
Masyarakat Hindu Bali sudah biasa memakai benang tridatu sebagai gelang. Sebagai aksesoris ia kelihatan unik, namun lebih jauh dari itu benang ini memiliki nilai filosofis yang mendalam dan bahkan banyak meyakini kekuatan magisnya.
Tri artinya tiga dan datu berarti elemen atau warna. Jadi tridatu adalah tiga warna terdiri dari merah, hitam dan putih sebagai lambang Brahma, Wisnu dan Iswara (Siwa). Tiga warna ini biasanya digoreskan pada tiang-tiang bangunan rumah, pura dan sebagainya pada saat upacara pemlaspas bertujuan menyucikan dan peresmian bangunan. Maksudnya untuk menjaga penghuni supaya memperoleh kerahayuan dan segala bhutakala yang hendak mengganggu diredam. Kutipan sebuah buku mengatakan,"Bila ngurip maupun melindungi bangunan baru atau bangunan suci dari vibrasi negatif, maka warna sakral dioleskan di bangunan, sedangkan pada manusia digunakan gelang benang tridatu."
Benang diikatkan pada lengan, maksudnya, mengikat atau melindungi urip atau hidup seseorang karena benang tiga warna ini bermakna kemanunggalan Brahma, Wisnu dan Iswara, juga bermakna manunggalnya bayu, sabda dan idep, yang artinya jangkep-nya sang mahurip. Dari sisi kekuatan, ketiga warna ini mewakili aksara Ang, Ung, Mang yang manunggal menjadi aksara Om.
Gelang tridatu juga dikisahkan dalam sejarah masa pemerintahan Dalem Waturenggong (abad ke 14-15) di Gelgel, dimana Patih Jelantik diutus untuk menundukkan Dalem Bungkut. Dalem Bungkut setuju untuk menyerahkan kekuasaannya dengan syarat bahwa masyarakat Bali harus selalu taat dan bhakti kepada Hyang Widhi dan leluhur, ditandai pemakaian gelang tridatu.
"Gelang tridatu sakral motif sisik naga yang paling diminati," pengakuan pengrajin gelang tridatu di areal PKB di art centre. Gelang tridatu yang dijual di PKB ada yang sebagai aksesoris dengan ujung-ujung berhias perak atau logam lain, namun masih saja gelang tridatu sakral yang paling laris terjual, terutama motif tridatu sisik naga yang ujung-ujung gelangnya diikat biasa. Diantara semua motif, motif tridatu sisik naga paling mahal yaitu Rp 80 ribu hingga bahkan naik mencapai Rp 300 ribu saat menjelang hari raya, purnama, tilem atau kajeng kliwon, sedangkan gelang tridatu aksesoris biasanya mulai dari harga Rp 15 ribu.
"PKB merupakan berkah bagi kami setiap tahun," ujar Ketut salah satu pengrajin gelang tridatu,"Namun kami juga harus siap melayani pembeli sepanjang tahun maka kami siapkan penjualan online." Meski PKB sudah tutup, para pengrajin gelang tridatu tidak putus semangat dan siap beralih ke toko online demi melayani peminat kerajinan gelang tridatu lewat www.tridatu.weebly.com atau langsung telpon 0361-943926. Pesanan membludak karena semakin fahamnya umat Hindu yang bisa merasakan pemakaian gelang tridatu membawa vibrasi baik bagi pikiran pemakai benang tersebut. Sering dilihat tridatu digunakan sebagai tetebus saat upacara Manusa Yadnya serta pada upcara abhayakala (biakawon) pada hari raya Galungan. Benang dililit di tangan, kaki dan telinga sebagai simbol menenangkan pikiran.
Dikejar tentang asal usul motif sisik naga, salah satu pengrajin akhirnya berani buka rahasia, "Gelang tridatu sisik naga ini kami kenal pertama dari Dauh Pala Tabanan namun pengrajin nya sudah juga tersebar di Gianyar, Sanur dan Badung," ungkap pengrajin yang mengaku bahwa menjelang Galungan dan Kuningan ini daftar pesanan tridatu sisik naga sudah "inden" puluhan order. "Banyak pembeli yang bilang gelang nya akan dipasupati saat hari baik nanti."
Berapa lamakah tuah gelang tridatu ini bekerja? Menurut banyak tokoh, power nya akan terus bekerja selama benang ini masih melekat di badan dan fungsinya akan selesai bilamana benang itu lepas secara alamiah. ***